Wednesday 12 August 2015

Sejarah Imam Ali RA

sejarah-biografi-kisah-teladan-khalifah-sayyidina-imam-Ali-bin-Abi-Thalib-radiya-allahu-'anhu
sejarah biografi kisah teladan khalifah sayyidina imam Ali bin Abi Thalib radiya allahu 'anhu  sejarah-biografi-kisah-teladan-khalifah-sayyidina-imam-Ali-bin-Abi-Thalib-radiya-allahu-'anhu 

Ali bin Abi Thalib Karamahullahu Wajhah adalah Khalifah ke empat dari Khulafaur Rasyidin , Ali bin Abi Thalib juga mendapatkan gelar Imam Ali  sehingga Sayyidina Ali bin Abi Thalib menjadi satu-satunya Khalifah yang sekaligus juga Imam. Khalifah Ali bin Abi Thalib  merupakan salah seorang yang di jamin masuk surga oleh Rasulullah SAW.

Imam Ali dilahirkan dari pasangan Abu Thalib dan Fatimah bin Asad, keduanya merupakan keturunan Bani Hasyim dan termasuk sepupu dari Rasulullah. Ketika Abu Thalib mengalami kebangkrutan dalam usahanya, ia mengirim putra-putranya ke tempat saudara-saudaranya. Ali bin Abi Thalib di asuh oleh Rasulullah bersama istrinya Khadijah Al-Kubra. Karena Rasulullah tidak mempunyai anak laki-laki, Nabi sering memperlakukan Ali bin Abi Thalib sangat istimewa.
Setelah masa hijrah dan tinggal di Madinah Sayyidina Ali dinikahkan oleh Rasulullah dengan putri kesayangannya Fatimah az-Zahra. Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘Anhu adalah orang yang paling dulu mempercayai kenabian Muhammad setelah Khadijah. Ali bin Abi Thalib selalu belajar di bawah bimbingan Rasulullah langsung dalam banyak hal lain.

Dimasa kejayaan islam Ali bin Abi Thalib merupakan panglima perang yang gagah berani dengan pedangnya yang bernama Dzulfikar menebas musuh-musuhnya di medan pertempuran melawan kafir Quraisy. Imam ali terkenal dalam ketangguhan menunggang kuda dan keberaniannya sehingga Nabi Muhammad SAW menjadikannya kesatria umat Islam. 

Sahabat Rasulullah SAW ini memiliki citra kepahlawanan yang sangat cemerlang sebagai bukti atas keberaniannya dalam membela agama Islam. Di antaranya, dia menginap di ranjang Rasulullah pada saat peristiwa hijrah, dia mempersembahkan dirinya untuk sebuah kematian demi membela Rasulullah, dialah orang pertama bersama Hamzah dan Ubaidah bin Al-harits yang memenuhi panggilan perang tanding. Dan dia juga termasuk kelompok kecil yang tetap tegar bersama Rasulullah pada perang Uhud.

Pada perang Badar, perang pertama dalam sejarah Islam, Ali bin Abi Thalib menjadi pahlawan di samping Hamzah. Banyak dari kalangan kaum kafir Quraisy tewas di tangan Ali, dalam usia yang masih muda yaitu sekitar 25 tahun.

Ali bin Abi Thalib selain seorang yang memiliki kecakapan dalam bidang militer , strategi perang, dan pemerintahannya , sayyidina Ali bin Abi Thalib mempunyai sifat pemimpin yang adil dan bijaksana  terhadap rakyatnya itu tercermin pada kisah teladan sayyidina Ali bin Abi Thalib berikut ini;

1.Sikap teladan dan keadilan seorang pemimpin terhadap rakyat jelata nasrani

Sayyidina Ali sangat terkenal sebagai seorang Khalifah yang adil. Ia tak mau menang sendiri terhadap rakyatnya dalam persoalan apapun. Setiap urusan selalu diupayakan untuk diselesaikan melalui jalur hukum, sesuai dengan aturan yang sebenarnya. Di antara fakta yang membuktikan keadilannya itu ialah, ketika terjadi persengketaan tentang baju besi.

Suatu ketika ia melihat baju besinya berada di tangan seorang Nasrani, yakni rakyat biasa, bukan orang berpangkat. Kemudian beliau adukan perkaranya kepada hakim bernama Syuraih supaya disidangkan. Persidangan dimulai. Mula-mula Sayyidina Ali berkata : “Baju besi ini adalah milikku. Aku tak pernah menjualnya ataupun memberikannya kepada siapa pun.” Hakim minta keterangan dari pihak tertuduh : “Bagaimana sikapmu atas tuduhan Amirul Mukminin tadi?” Ia menjawab : “Baju besi ini adalah milikku sendiri. Apa yang diutarakan olehnya adalah bohong belaka.” Kembali hakim mengajukan pertanyaan kepada Ali : “Adakah bukti nyata atau saksi mata yang menguatkan tuduhanmu?”. Ia pun tertawa sambil berkata : “ Benarlah Syuraih, aku memang tak punya bukti.” Karena tak ada bukti, maka Syuraih menjatuhkan vonis, bahwa baju besi adalah hak si tertuduh. Seusai sidang si Nasrani pulang dengan membawa baju besinya, sedangkan Ali hanya memandang kepadanya. Namun baru beberapa langkah, si Nasrani itu kembali lagi lalu berkata : “Saya bersaksi bahwa hal semacam ini adalah akhlak para Nabi. Seorang Khalifah membawaku ke majlis hakim untuk menyelesaikan perkara.” Selanjutnya ia mengaku : “Demi Allah, sebenarnya ini adalah baju besimu wahai Amirul Mukminin, saya telah berbohong dalam persidangan tadi.”
 
Setelah peristiwa itu orang menyaksikan laki-laki itu menjadi seorang laskar yang paling tangguh dan pahlawan paling pemberani dalam peperangan membela Sayyidina Ali melawan kaum Khawarij di Nahrawan.


2.Sikap teladan seorang pemimpin yang tidak suka di agung-agungkan dengan penghormatan

Dalam perjalanan menuju negeri Syam, Sayyidina Ali melewati kota Anbar yang sedang diduduki bangsa Persia. Mendengar kedatangannya, pemuka-pemuka kota Anbar beserta penduduknya keluar berbondong-bondong dan berkerumun berjejal-jejal di sekeliling Sayyidina Ali. Mereka menyambut hangat kedatangannya. Melihat itu, Sayyidina Ali pun bertanya : “Apa maksud kamu sekalian berbuat demikian?” Kata mereka, “Adalah tradisi kami untuk mengagungkan pemimpin-pemimpin kami.” “Demi Allah, perbuatan demikian tidaklah bermanfaat bagi pemimpin-pemimpin, dan kamu benar-benar telah menyulitkan dirimu sendiri, baik di dunia maupun di akhirat nanti. Alangkah ruginya orang-orang yang mendapat kesulitan di dunia sedangkan di akhirat mereka ditimpa siksa pula, dan alangkah untungnya orang-orang yang tidak mendapat kesulitan di dunia, sementara di akhirat pun mereka dijauhkan dari api neraka.”